Review Novel Tere Liye 'Rindu'
Novel
karya Tere Liye yang satu ini memiliki cover yang sederhana namun terlihat
manis. Saya pribadi tertarik dengan novel ini melalui fans page Darwis Tere
Liye di facebook.
Beberapa
kutipan yang paragraf yang menarik, serta penyampaian yang tidak pernah membuat
gagal pembacanya merasa tergugah kali ini Tere Liye menampilkan kisah kehidupan
yang epik, masalah kehidupan sehari-hari.
Saya
memang salah satu pengoleksi novel Tere Liye, karena ceritanya tak pernah
membuat saya berhenti berdecak kagum. Saya menyukai gaya bahasa yang
perandaiannya benar-benar harus 'memutar otak'.
Setelah
membaca Novel karya Tere Liye yang berjudul 'Rembulan tenggelam di Wajahmu',
membuat saya terus memburu novel Tere Liye yang lainnya juga.
Tokoh-tokoh
novel dengan penghidupan karakter yang selalu membuat saya terkagum-kagum,
penjabaran cerita yang jelas serta konflik yang terjadi membuat saya makin
menyukai Novel dari penulis Tere Liye.
Setidaknya
novel ini adalah salah satu novel yang membuat saya terharu, tersedu, dan
menyadari betapa lupa bersyukurnya saya dalam hidup ini. Betapa saya terlalu
banyak mengutuk, mencaci maki orang lain atas apa yang orang lain lakukan tanpa
tahu alasan orang tersebut. Betapa pendeknya saya berfikir bahwa Tuhan tidak
adil pada saya atas hidup ini.
Novel
ini membawa lima pernyataan hidup. Pertama, masa lalu yang memilukan. Kedua,
kebencian kepada orang yang seharusnya kita sayangi. Ketiga, kehilangan kekasih
hari. Keempat, cinta sejati. Kelima, kemunafikan.
Kelima
poin diatas merupakan permasalahan yang sering kita temui dalam kehidupan
sehari- hari. Jika kamu butuh penjelasan tentang lima poin yang telah
disebutkan tadi, maka novel ini layak dibaca
Cara
terbaik menghadapi masa lalu adalah dengan dihadapi. Berdiri gagah. Mulailah
dengan damai menerima masa lalumu? Buat apa dilawan? Dilupakan? Itu sudah
menjadi bagian hidup kita. Peluk semua kisah itu. Berikan dia tempat terbaik
dalam hidupmu. Itulah cara terbaik mengatasinya. (hal 312)
Penggalan
paragraf diatas adalah jawaban atas pertanyaan pertama. Lugas dan jelas bukan?
Banyak pelajaran hidup dan nilai moral yang dapat kita ambil dari membaca novel
ini. Bahkan meski apa yang kita alami tidak sama persis dengan apa yang dialami
oleh tokoh dalam cerita, nilai-nilai tersebut tetap baik jika diterapkan dalam
kehidupan kita.
"...
aku membencinya. Aku membenci ayahku sendiri." (hal. 370)"Ada
orang-orang yang kita benci. Ada pula orang-orang yang kita sukai. Hilir mudik
datang dalam kehidupan kita. Tapi apakah kita berhak membenci orang lain? ...
Pikirkan dalam-dalam, kenapa kita harus benci? Kenapa? Padahal kita bisa saja
mengatur hati kita, bilang saya tidak akan membencinya. Toh itu hati kita
sendiri. Kita berkuasa penuh mengatur-aturnya. Kenapa kita tetap memutuskan
membenci? Karena boleh jadi, saat kita membenci orang lain, kita sebenarnya
sedang membenci diri sendiri." (hal. 373)
Dan bagi kawula muda serta remaja-remaja yang sering mempertanyakan arti cinta sejati, maka novel ini pun hadir memberikan jawabannya.
" Apakah cinta sejati itu? Maka
jawabannya, dalam kasus kau ini, cinta sejati adalah melepaskan. Semakin sejati
perasaan itu, maka semakin tulus kau melepaskannya. Persis seperti anak kecil
yang menghanyutkan botol tertutup di lautan, dilepas dengan rasa suka-cita. Aku
tahu, kau akan protes, bagaimana mungkin? Kita bilang itu cinta sejati, tapi
kita justru melepaskannya. Tapi inilah rumus terbalik yang tidak pernah
dipahami para pencinta. Mereka tidak pernah mau mencoba memahami penjelasannya,
tidak bersedia."
Berikut adalah sinopsi dari Novel Rindu
"Apalah
arti memiliki, ketika diri kami sendiri bukanlah milik kami?
Apalah arti kehilangan, ketika kami sebenarnya menemukan banyak saat kehilangan, dan sebaliknya, kehilangan banyak pula saat menemukan?
Apalah arti cinta, ketika menangis terluka atas perasaan yg seharusnya indah? Bagaimana mungkin, kami terduduk patah hati atas sesuatu yg seharusnya suci dan tidak menuntut apa pun?
Wahai, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak melupakan? Dan tidak terbilang keinginan melupakan saat kami dalam rindu? Hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang saja”
Apalah arti kehilangan, ketika kami sebenarnya menemukan banyak saat kehilangan, dan sebaliknya, kehilangan banyak pula saat menemukan?
Apalah arti cinta, ketika menangis terluka atas perasaan yg seharusnya indah? Bagaimana mungkin, kami terduduk patah hati atas sesuatu yg seharusnya suci dan tidak menuntut apa pun?
Wahai, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak melupakan? Dan tidak terbilang keinginan melupakan saat kami dalam rindu? Hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang saja”










0 comments: